INDONESIA HARUS BEKERJA EKSTRA UNTUK MENDAPATKAN HASIL YANG DIINGINKAN
Menurut GOAL.com
Pekan lalu, Indonesia secara resmi memasukkan proposal untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018 atau 2022.
Jatah dua edisi dari turnamen dunia paling bergengsi itu memang diberikan untuk Asia dan Eropa. Indonesia harus bersaing dengan Qatar, Australia dan Jepang dari Asia, serta Inggris dan pasangan Spanyol-Portugal dari benua Eropa.
Di satu sisi, rencana ini boleh dibilang terlalu ambisius. Tapi di sisi lain, PSSI menyebut kemungkinan itu bukan hal yang mustahil, terlebih karena Indonesia di luar dugaan banyak pihak terbilang sukses menjadi tuan rumah Piala Asia 2007. Reaksi dari segala penjuru dan perdebatan hangat pun terjadi.
Namun, impian Indonesia tidak disambut positif oleh dunia luar. Berita "Indonesia - Hosting World Cup Is Not Impossible" yang dimuat GOAL.com edisi Internasional empat hari lalu, ditanggapi oleh banyak pembaca.
"Sepertinya mereka [Indonesia] memanfaatkan hasil imbang dengan Australia sebagai platform pencalonan tuan rumah," cetus Ben Churchill dari Launceston, Australia. "Tapi saya melihat tidak ada negara yang layak bersaing jadi tuan rumah kecuali Australia."
Abdul dari Kuwait menambahkan, "Indonesia butuh fasilitas yang lebih baik. Saya melihat pertandingan Australia melawan Indonesia dan stadionnya dalam kondisi buruk, banyak berlubang."
"Indonesia menjadi tuan rumah: mustahil. Indonesia menjadi juara dunia: tunggu neraka membeku," kata Santana dari Rio de Janeiro.
"Ini tak akan terjadi. Kita tak mungkin menggelar Piala Dunia di mana kelompok-kelompok teroris masih berkeliaran," ujar Johnny dari Philadelphia.
Beberapa tanggapan dari negara tetangga justru mengolok-olok peluang Indonesia 2018/2022, seperti Shah dari Malaysia: "Indonesia tuan rumah Piala Dunia? Saya tak bisa membayangkannya!"
"Sebelum bermimpi untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia, Indonesia harus mengatasi korupsi," ungkap omongkosongsaja dari Singapura.
Bahkan, tak sedikit pembaca Indonesia yang menanggapi berita ini secara pesimis.
"Masalahnya bukan fasilitas, tapi orangnya," papar seorang pembaca dari Jakarta yang mengaku berdomisili di San Francisco, Amerika Serikat. "Saya tidak ingin bermain di sebuah negara di mana wasitnya bisa dipukuli karena mengambil keputusan yang buruk. Dalam 13 tahun ke depan, mimpi saja terus, Indonesia."
Namun, tak semua komentar pembaca ternyata negatif. David Cameron dari London menyatakan, "Semua negara hebat dengan fans sepakbola yang fanatik layak menjadi tuan rumah Piala Dunia. Semua negara berkembang berhasil melakukannya, seperti Meksiko, Cili dan Korea Selatan. Indonesia pun dapat melakukannya."
Mohd Syafiq dari Malaysia, Adelaide United FC dari Australia, dan beberapa pembaca Indonesia lainnya juga memberikan tanggapan positif.
Peter Butler masih menyimpan pengalaman pahit di Indonesia, karena dipecat sebagai pelatih Persiba Balikpapan tahun lalu. Tapi bekas gelandang West Ham United itu cukup optimis dengan kemampuan Indonesia untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Sebagai mantan pelatih Persiba Balikpapan, tentunya Peter Butler sangat familiar dengan sepakbola Asia, apa lagi Indonesia. Selain melatih Sorrento SC dari Australia, Peter Butler pernah juga menangani klub Singapore Armed Forces, Sabah FA dari Malaysia, dan terakhir Persiba Balikpapan sebelum kembali ke Malaysia guna membesut Kelantan FA.
Selama dua tahun di Indonesia, pria Inggris berusia 42 tahun itu mengetahui banyak hal mengenai sebakbola tanah air. Hatinya pun tergetar ketika mendengar PSSI telah mengajukan proposal untuk mencalonkan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.
Butler secara khusus menyampaikan pendapatnya kepada GOAL.com. Ia menyambut langkah PSSI secara positif, tapi korupsi di dalam sepakbola Indonesia harus segera dibenahi.
Indonesia 2022 Sangat Positif
"Indonesia mencalonkan diri untuk Piala Dunia membuat saya berpikir betapa positifnya hal itu buat olahraga sepakbola di sana. Setelah dua tahun karir kepelatihan saya dihabiskan di Indonesia, saya belajar beberapa hal tentang kondisi sepakbola negeri itu.
"Siapapun [yang tidak mengenal Indonesia] yang membaca ini, tapi menganggap remeh atau mengolok-olok sepakbola Indonesia, sebaiknya terima saran saya: terbanglah ke Indonesia dan saksikan sebuah pertandingan di sana. Atmosfirnya di salah satu pertandingan besar akan membuat Anda merasa takjub - jumlah penonton yang banyak setiap minggu, stadion yang dipenuhi 40 ribu hingga 50 ribu penonton bukan hal yang tidak biasa.
"Maaf kepada teman-teman saya dari Australia, tapi jika Anda pergi ke pertandingan A-League [Divisi Utama Australia], Anda hanya bisa mendengar yel-yel 'Ozzie Ozzie Ozzie, Oi Oi Oi !!!' sepanjang 90 menit."
Aremania Terbaik
"Pergi ke Indonesia dan Anda akan melihat atmosfir yang lebih unggul dan dapat menyaingi tempat lainnya di kawasan Asia. Mereka sangat fanatik. Musim lalu saya di Arema Malang untuk sebuah pertandingan. Fans mereka tanpa diragukan adalah fans terbaik di Indonesia. Terdapat lebih dari 45.000 orang di stadion, secara konstan bernyanyi dan berdansa di teras-teras."
Basmi Dulu Korupsinya!
"Saya selalu mengatakan dan percaya bahwa sepakbola Indonesia adalah sebuah batu permata di dalam mahkota di sepakbola Asia. Sepakbola Indonesia akan tumbuh besar dan menjadi semakin bagus dan semakin maju, jika mereka bisa mengatasi korupsi yang masih berwujud di dalamnya.
"Sayangnya, korupsi merajalela di dalam olahraga itu dan Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) dan FIFA harus mengatasinya karena sudah tak terkendali lagi.
"Saya sendiri menunggu utang lebih dari $45.000 yang belum dilunasi oleh bekas klub saya, Persiba Balikpapan, dan lebih dari 50 pemain saat ini masih memperjuangkan kasus mereka dengan FIFPro di FIFA untuk menerima utang mereka yang belum lunas.
"Tidak ada perlindungan terhadap para pelatih dan para pemain, dan sayangnya banyak ofisial klub yang memanipulasi sistem yang ada untuk keuntungan mereka pribadi, memecat pelatih dan pemain seenaknya dan menolak untuk membayar apa yang tercantum dalam kontraknya. PSSI menutup mata sebelah, mungkin sudah buta.
"Saya pernah menerima pemain-pemain di hadapan saya yang menangis lewat telpon dan meminta saya membantu mereka karena klubnya tidak membayar gajinya, dan mereka memiliki istri dan anak-anak yang harus disantuni. Pihak AFC tidak tertarik."
Keamanan Tidak Masalah
"Orang-orang akan bertanya apakah Indonesia aman untuk menggelar even besar seperti ini. Saya hanya bisa mengatakan: Saya tak pernah mengalami masalah keamanan di Indonesia dan saya selalu merasa aman di sana. Orang-orang di Jakarta adalah orang-orang yang sangat ramah, dan secara umum orang-orang Indonesia ramah. Mereka selalu bersemangat.
"Tahun 2022 masih lama dan saya akan senang jika harapan dan impian sepakbola Indonesia tercapai, bersama orang-orang yang baik di Indonesia, untuk menjadi realisasi dan mereka diberi kesempatan menjadi tuan rumah turnamen ini. Akan terasa fantastis untuk sebuah negara yang dihuni jutaan pecinta sepakbola yang sungguh-sungguh.
"Semua peristiwa tragis selama beberapa tahun terakhir telah berlalu, dan sekarang saya ingin melihat teman-teman saya di Indonesia meraih impiannya, untuk melihat pertunjukan besar sepakbola dunia di sana. Dan saya berharap bisa berkumpul dengan mereka, untuk melihat Inggris mengangkat tropi Piala Dunia di Stadion Gelora Bung Karno. Impian itu, kadang-kadang, bisa menjadi kenyataan!"
Menurut VIVANEWS.com
PSSI menganggarkan dana besar saat mencalonkan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Itu demi memenuhi kelayakan infrastruktur yang diinginkan FIFA.
Untuk membangun infrastruktur ini, Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid, memperkirakan butuh dana Rp 8-10 triliun. "Untuk itu kita akan minta bantuan pemerintah. Dana lainnya akan kita cari dari sponsor."
PSSI telah meluncurkan kampanye "Green World Cup Indonesia 2022" untuk mendukung rencananya itu. Tapi, untuk itu Indonesia harus memiliki infrastruktur sesuai standar FIFA.
"Untuk menjadi tuan rumah, sebuah negara harus punya 10 stadion berkapasitas 40.000 penonton. Juga dua stadion berkapasitas 80.000 orang sebagai venues pembukaan," kata Nurdin dalam acara Pemaparan PSSI di ballroom hotel Ritz-Carlton Jakarta, Senin siang 9 Februari 2009.
Dalam hal ini, PSSI telah mengajukan 13 stadion sebagai venue PD 2022 yang dibagi dalam tiga kategori. Pertama, yakni stadion yang sudah tersedia: Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan (Jakarta), Stadion Palaran (Samarinda) serta Gelora Sriwijaya Jakabaring (Palembang).
Kedua, yakni stadion yang masih berada dalam tahap perencanaan. Ini mencakup Stadion Gedebage (Jawa Barat), Stadion BMW (Jakarta Utara), Stadion Bogor dan Stadion Riau yang disiapkan untuk PON.
Kategori ketiga berupa stadion yang diusulkan di enam kota: Surabaya, Makassar, Medan, Yogyakarta, Gianyar dan Tangerang.
Diperkirakan Stadion Riau selesai pada 2012, Gedebage 2011, BMW 2011 dan Bogor 2011. Sedangkan stadion yang diusulkan rampung pada 2015.
AKANKAH INDONESIA BISA?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar