VIVAnews - Perilaku abusive (kejam) bisa muncul dalam bentuk corporal punishment (hukuman fisik), misalnya memukul, sexual abuse, atau verbal abuse (kata-kata kasar). Perilaku hobi memukul ini berbahaya karena bisa meninggalkan luka di fisik maupun hati orang lain.
Sebenarnya, menurut psikolog Maria Susanti, perilaku ini bisa Anda deteksi saat masih pacaran. Perlu Anda tahu, jika si dia tergolong tempramental bisa menjadi tanda ia juga tak segan memukul.
Coba Anda perhatikan, apakah ketika ada seseorang yang menyerempet mobilnya, dia segera turun dan mencaci-maki pengendara tersebut? Atau, ia mudah marah besar, entah itu saat memperlakukan pramusaji di restoran, atau di tempat umum lain.
Seorang dengan abusive behavior mungkin tidak melampiaskan kemarahannya pada pacarnya karena takut ditinggalkan. Tapi, ketika status telah berubah menjadi pernikahan, dia tidak takut lagi ditinggalkan. Maka, dengan bebas dia menjadikan istrinya sebagai objek.
Perilaku ini terbentuk karena penyesuaian diri yang keliru terhadap lingkungan. Misalnya, sejak kecil dia sering ditempeleng, dicambuk dengan ikat pinggang, atau dimaki-maki. Secara bertahap dia belajar untuk melakukan hubungan dengan orang lain melalui tindakan kekerasan.
Dia mengasosiasikan kasih sayang dengan tindakan yang keliru. Maka, setelah dewasa dia mewujudkan kasih sayangnya dalam tindak aniaya juga. Hal ini bisa terjadi pada istrinya atau anaknya kelak.
Jika Anda pernah dipukul pasangan, sebaiknya jangan berdiam diri. Bila kebiasaan memukulnya bisa membuat Anda terluka, laporkanlah hal ini pada keluarga. Anda bisa mengajaknya berkonsultasi ke psikolog. Bila dia tidak bersedia juga, sebaiknya Anda memutuskan hubungan dengannya. Pasalnya, kebiasaan buruk ini sulit diubah setelah menikah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar